POLITIK MERCUSUAR
SEBAGAI LANGKAH REVOLUSI FISIK
INDONESIA
Oleh: Harun Al Rasyid¶
Politik luar negeri Republik Indonesia sejak zaman
kemerdekaan penuh dengan pertentangan, sebagai negara yang pernah dijajah
perkembangan politik luar negeri yang dijalankan dan hubungan dengan
negara-negara lain pun mengalami pasang surut. Indonesia terletak di daerah
yang strategis baik secara ekonomi maupun politik, Indonesia terletak diantara
dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia, serta dua samudra yaitu samudra
Pasifik dan samudra Hindia.
Dengan
letak yang strategis tersebut Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi
perebutan antara kedua blok yang sedang terlibat perang dingin yaitu Amerika
Serikat sebagai blok barat dan Uni Soviet sebagai blok timur yang mempunyai
perbedaan ideologi untuk memihak dan mendukung baik dalam segi moril
maupun materil terhadap salah satu blok yang sedang berperang tersebut.
Disisi
lain Indonesia sebagai negara yang belum lama merdeka, merumuskan politik luar
negerinya sebagai politik bebas aktif. Bebas berarti tidak memihak blok
manapun, baik blok barat yaitu Amerika Serikat maupun Blok Timur yaitu Uni
Soviet. Aktif berarti ikut menjaga atau memelihara perdamaian dunia. Salah satu
pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang menarik untuk lebih di amati dan
diteliti yaitu politik luar negeri Indonesia yang terjadi pada era penerapan
Demokrasi Terpimpin.
Pada Era
Demokrasi Terpimpin, yang diperkenalkan pertama kali oleh Presiden Soekarno
pada tanggal 5 Juli 1959 ketika didalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Presiden
Soekarno menyatakan pemberlakuan kembali Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan
kebijaksanaan luar negeri oleh Ir. Soekarno merupakan suatu upaya untuk
mengubah peranan internasional yang terbatas dan juga untuk mendapatkan
kedudukan yang terkemuka dan kepemimpinan diantara negara-negara dunia pada
umumnya dan negara-negara Asia Tenggara pada khususnya. Sistem
politik pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965, dimana pada masa tersebut
merupakan periode membangun negara (nation
building). Terkait dengan pembangunan terlihat jelas dalam era tersebut
Presiden Soekarno menerapkan politik Mercusuarnya yakni politik yang bertujuan
memperkokoh kursi pemerintahannya sebgaia presiden seumur hidup.
Dalam bidang politik, pada masa Orde
Lama mengeluarkan Politik Luar Negeri MERCUSUAR. Semenjak ditetapkan berlakunya
kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, terdapat
serangkaian dokumen-dokumen yang mendasati politik luar negeri Republik
Indonesia, Yakni: 1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Amanat Presiden/Panglima
Tertinggi Angkatan Perang pada tanggal 17 Agustus 1945 yang berjudul “Penemuan
Kembali Revolusi Kita” atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Manifesto Politik Republik Indonesia. Dengan penetapan Presiden No.1
tahun 1960, yang diperkuat oleh ketetapan MPRS No. 1 MPRS/I/1960, tanggal 19
November 1960, Manifesto tersebut telah dijadikan “Garis Besar Haluan Negara”
3) Pidato Presiden pada tanggal 30
September 1960 dimuka siding umum PBB yang berjudul “To Build the World A New” (membangun dunia kembali), yang dengan ketetapan MPRS
No. I/MPRS/1960, tanggal 19 November 1960 ditetapkan sebagai Pedoman Pelaksanna
Manifesto Politik Republik Indonesia dan dengan keputusan DPA No. 2/Kpts/Sd/61,
tanggal 19 Januari 1961, tanggal 19 Januari 1961, dinyatakan sebagai
“Garis-garis Besar Politik Luar Negeri RI” dan sebagai “Pedoman Pelaksanaan
Manifesto Politik Republik Indonesia dibidang politik luar negeri RI”.
Dalam hal ini mengenai Demokrasi Terpimpin yang dijalani
oleh Ir. Soekarno terkait dengan pembangunan terlihat jelas dari politik mercusuarnya yang diterapkan oleh
Ir.Soekarno yakni untuk bertujuan memperkokoh kursi kepemerintahan sebagai
presiden seumur hidup demi menjalankan konsep-konsep gagasan Ir. Soekarno
terhadap pembangunan yakni politik mercusuar.
Politik mercusuar yang pada dasarnya adalah
politik dimana Indonesia menjadi pusat dari negara-negara yang sedang berkembang, dilaksanakan dengan pembangunan secara
besar-besaran dalam negeri tanpa adanya social
control dan sangat bergantung pada bantuan-bantuan yang diberikan oleh
negara–negara besar serta pada akhirnya Ir.Soekarno membentukan
kelompok-kelompok negara yaitu NEFOS
dan OLDEFOS. Dibentuknya Negara New Emeging Force (NEFOS) dan Old
Established Force (OLDESOFOS) itu sendiri sebenarnya memiliki tujuan untuk menggabungkan sekaligus
membentuk suatu kelompok Negara yang berdasarkan persahabatan, kekeluargaan,
kenal-mengenal, cinta-mencitai, dan menciptakan rasa simpati diantara satu
dengan yang lain serta membentuk kekuatan Negara yang baru lahir atau merdeka
dengan dibantu oleh negara yang adidaya.
Terkait ini mengenai
politik mercusuarnya Ir.Soekarno yang mengarah kepada pembangunan Indonesia
terhadap berdirinya Yayasan Gelora Bung Karno yang mencapai 300 hektar, yakni
meliputi Holtel Mulia, Stadion Utama
Senayan serta stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI), Gelanggang Olahraga
bahkan sampai komplek Conefo yang sekarang menjadi ruang anggota DPR.
Dalam kondisi sebagai
bangsa dan negara yang baru saja lahir serta dihimpit segala macam keterbatasan
dana dan sumber daya manusia, tanggal 8 Februari 1960 Bung Karno dengan gagah
dan bersemangat mencanangkan tiang pertama tanda dimulainya secara fisik
pembangunan Stadion Utama Senayan. Pemancangan tiang petama tersebut,
sebagaimana dikemukakan oleh Komandan KUPAG (Komandan Urusan Pembangunan Asian
Games) Dadang Soeprajogi, “Merupakan sebuaih komando dari Panglima
Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa
pembangunan raksasa kompleks Asian Games telah dimulai.
Ini merupakan peristiwa
penting untuk ditulis dalam sejarah keolahragaan di semua negara Asia pada
umumnya dan lebih teristimewa pada sejarah keolahragaan Indonesia. Oleh karena
itu sekaligus pembukaan Stadion Utama yang nantinya akan digunakan untuk
perlombaan olahraga bangsa-bangsa Asia yang akan dimulai pada tanggal 24
Agustus 1962. Pembangunan tidak sekedar mencangkan tiang dan membuka sebuah
wacana pebangunan, apalagi untuk sebuah kompleks bangunan raksasa, mensyaratkan
adanya sebuah kerjasama secara bahu-membahu serta sumbang beragam talenta dari
ratusan bahkan ribuan orang selam berhari-hari. Oleh karena itu, pembngunan
sebuah pusat kegiatan olahraga di Jakarta juga memiliki semua persyaratan
tesebut. Apalagi, proyek tersebut dikerjakan oleh sebuah Negara baru berkembang
di awal tahun1960-an.
(Pembangunan yang dilakukan pada saat politik
mercusuar)
(Bung Karno Sedang menjelaskan
mengenai kompleks Asian Games
kepada tamu negara di damping R.Maladi)
DAFTAR PUSTAKA
Aboe Bakar Loebis.
1992. Kilas Balik Revolusi; Kenangan,
Pelaku dan Saksi. UI Press. Jakarta
Julius
Pour. 2004. Dari Gelora Ke Gelora. PT
Grasindo. Jakarta
Marshall
Green. 1992. Crisis and Transformation
1965-1968; Dari Sukarno Ke Soekarno. PT Temprint. Jakarta
R.E Elson. 2008. The
Idea of Indonesia; Sejarah pemikiran dan Gagasan. Serambi. Jakarta
Tidak Diketahui. 1978. Perjalanan
Bung Karno; Menenal Sejarah dan Tanah
Airnya. Yayasan Multatuli. Bogor
¶
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah UHAMKA, aktif dalam dunia kepecinta
alaman serta mencintai budaya Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman
oke,,makasih ya..apa kabar mercusuar nya sekarang???? he..
ReplyDeletemercusuar yang diusung oleh Ir.Soekarno telah berlalu dan kini tidak memiliki semangat "Ever Onward Never Retreat."
Delete